Perusahan Asal Indonesia Dinilai Gemar Berhutang Di Mata Internasional


JAKARTA, Pewarta Global - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengungkapkan, perusahan Indonesia kini tengah mendapatkan sorotan yang kurang bagus di mata internasional. Mereka menganggap bahwa perusahaan-perusahaan Indonesia gemar sekali mengajukan hutang. Baik itu perusahaan swasta ataupun perusahaan yang dinaungi BUMN.

Hal ini diungkapkan Agus karena besarnya jumlah hutang yang dilakukan oleh perusahaan swasta maupun BUMN.  "Indonesia memiliki ciri khas bahwa dimata dunia, Indonesia itu termasuk negara yang perusahaan-perusahaanya, termasuk BUMN-nya memiliki utang dalam valuta asing yang besar," ujar Agus, Kamis (7/5/2015).

Kata Agus, utang swasta dan BUMN kini sudah mencapai angka 162 miliar dollar AS. Nilai ini melejeit cukup drastis jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya berkisar pada angka 20 miliar dollar AS.  Agus juga merasa khawatir dengan besarnya jumlah utang tersebut. Pasalnya hampir semua hutang baik swasta maupun BUMN adalah hutang dengan durasi jangka pendek.

Bukan hanya itu saja, hampir 74 persen hutang yang dilakukan swasta maupun BUMN merupakan hutang tanpa hedging. Hal ini akan berdampak buruk jika nilai tukar rupiah semakin merosot sedangkan dollar semakin meningkat. Bisa dipastikan angka hutang juga akan terkena dampak fluktuasi mata uang.  Kondisi ini membuat Agus teringat dengan situasi 1998 silam.

Pada saat itu Agus berkata, utang swasta dan BUMN besar tetapi tidak melakukan lindung lindung nilai, yang mengakibatkan ketika rupiah melemah, perusahan terkena imbas besar. "Pengalaman kita pada tahun 1998 lalu, perusahaan kita yang pendapatannya rupiah, berutang dalam valuta asing itu tidak lakukan lindung nilai tapi juga pengembaliannya pendek yaitu 1 sampai 3 Tahun. Sedangkan pinjaman pemerintah itu 20 tahun. Jadi itu sangat berisiko," kata Agus.

Comments